TUGAS
MATERI SAINTIFIK
Kelompok
pertama
Dosen
Pembimbing
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
Oleh
Estu Yen Retno Asun (1431032)
STKIP
PGRI SIDOARJO
PRODI MATEMATIKA 2014 –
A
A.
SEJARAH METODE SCIENTIFIC
Metode scientific pertama kali
diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai
penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah
(Hudson, 1996; Rudolph, 2005). Metode scientific ini memiliki
karakteristik “doing science”. Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum
untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam
langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi
untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford,
2008: 31). Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di
Indonesia.
B. PENGERTIAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana
metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Dalam pembelajaran
didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta,
menyajikan/mengkomunikasikan.
C.
DEFINISI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber
melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Pembelajaran dengan metode saintifik
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) berpusat pada siswa.
2) melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3) melibatkan proses-proses kognitif yang
potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa.
4) dapat mengembangkan karakter siswa.
D.
TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah:
1) untuk meningkatkan kemampuan intelek,
khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3) terciptanya kondisi pembelajaran
dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4) diperolehnya hasil belajar yang
tinggi.
5) untuk melatih siswa dalam
mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6) untuk mengembangkan karakter siswa.
E.
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK Beberapa
prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) pembelajaran berpusat pada siswa.
2) pembelajaran membentuk students’ self
concept.
3) pembelajaran memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
4) pembelajaran mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir siswa.
5) pembelajaran meningkatkan motivasi
belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
6) memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
F.
KELEBIHAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Membuat guru memiliki keterampilan dalam
membuat RPP dan menerapkan pendekatan saintifik secara benar.
2. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan
sebatas kira-kira atau khayalan semata.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berfikir
secara kritis, analitis dan tepat dalam menerapkan metode belajar.
G.
KEKURANGAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1.
Proses pendekatan saintifik masih belum dipahami, apalagi tentang metode
pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan.
2. Membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk mewujudkan semua tahapan-tahapan yang ingin dicapai.
H.
LANGKAH-LANGKAH UMUM PEMBELAJARAN DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK
1.
Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa
ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan
dalam Permendikbud Nomor 81a,
hendaklah guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari
informasi.
2.
Menanya (Questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan,
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang
abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih
abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan
pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan
sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara
mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan
bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan
dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat.
Mengumpulkan Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan
ini dilakukan dengan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu
peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau
objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan
tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan
informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas
wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Kompetensi yang diharapkan
adalah mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
3.
Menalar (Associating)
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan
untuk menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi lainya,
menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran
pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar
asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran
merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Menarik kesimpulan Kegiatan
menyimpulkan dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah
menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari
keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau secara individual membuat
kesimpulan.
4.
Mencoba (Experimenting)
Mencoba (experimenting)
dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini
adalah:
(1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;
(3) mempelajari dasar teoritis yang
relevan dan hasil- hasil eksperimen sebelumnya;
(4) melakukan dan mengamati percobaan;
(5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data;
(6) menarik simpulan atas hasil
percobaan; dan
(7) membuat laporan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat
berjalan lancar maka:
(1) Guru hendaknya merumuskan tujuan
eksperimen yang akan dilaksanakan murid
(2) Guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan
(3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
(4) Guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan murid
(5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang
akan dijadikan eksperimen
(6) Murid melaksanakan eksperimen dengan
bimbingan guru, dan
(7) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud
dijelaskan berikut ini.
a.
Persiapan
Menentapkan tujuan eksperimen
Mempersiapkan alat atau bahan
Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta
alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta
didik akan melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi
menjadi beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran Memertimbangkan masalah keamanan dan
kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa- tahapan
yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau membahayakan.(Buku
Pelatihan Implementasi Kurikulum: 208)
b.
Pelaksanaan
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru
ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan
dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta
didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik. Selama proses eksperimen atau
mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk
membantu mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan
pembelajaran.
c. Tindak lanjut
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil
eksperimen kepada guru. Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik. Guru
memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen. Guru dan
peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen.
Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat
yang digunakan
5.
Mengkomunikasikan (Networking)
Pada
pendekatan scientific, guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik
atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa
yang baik dan benar.
I.
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan, bertujuan untuk
menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai
pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira
(mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan
ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik
tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru
yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan
agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut,
sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat
dihilangkan.
Kegiatan inti, merupakan kegiatan utama
dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar
(learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu
proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik
ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan
bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Kegiatan
penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep,
hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi
pelajaran yang dikuasai siswa.
J.
CONTOH PENGGUNAAN 5M DARI PEMBELAJARAN SAINTIFIK KEDALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Kita ambil salah satu
materi yang ada dalam pembelajaran matematika yakni materi mengenai
jaring-jaring kubus. Sebelumnya dalam proses belajar mengajar tersebut, kita
bisa membagi peserta didik menjadi 5 kelompok dan kita ber nama kelompok A B C
D dan E. Setelah itu kita bagikan masing-masing kelompok 2 buah kubus yang
sama. Dan kita meminta mereka untuk menggunting ruas-ruas garis pada sisi kubus
tersebut tapi, jangan sampai ruas-ruas garis itu putus.
Berikut ini contoh penggunaan 5M pada
proses belajar mengajar tersebut
1.
Mengamati
Dalam proses ini mereka akan mengamati
kira-kira jika mereka menggunting ruas-ruas garis pada sisi kubus yang
berdekatan maka akan terbentuk suatu bangun datar.
2.
Menanya
Masing-masing anggota akan memberi pendapat
ruas-ruas garis pada sisi yang mana yang akan terlebih dahulu digunting.
Sementara guru hanya memberi pengarahan saja.
3. Mencoba
Setelah itu mereka akan mulai mencoba
menggunting ruas-ruas garis dari sisi yang telah mereka sepakati, misalnya dari
sisi bagian alas.
4. Mengolah
Setelah semua sisi di gunting membentuk
jaring, kemudian mereka mencoba merangkai atau menyatukan kembali ruas-ruas
garis berdasarkan lipatan yang masih terlihat tersebut, apakah akan membentuk
suatu kubus kembali ? Jika ia, maka jaring-jaring yang mereka hasilkan
merupakan salah satu jaring-jaring kubus.
5. Mempresentasikan
Setelah kegiatan diatas selesai, maka
mereka akan mempresentasikan hasil atau bentuk jaring-jaring kubus yang mereka
hasilkan. Dan tiap-tiap kelompok akan mempresentasikan hasilnya juga. Sehingga
akan di dapat jaring-jaring kubus yang berbeda.
Itulah salah satu contoh penerapan
saintifik dalam pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
PPPPTK-SB Yogyakarta, (2013), Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pengawas Sekolah, Penerbit Kementerian Pendidikan dan Kerbudayaan RI, Jakarta 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar